TikTok secara meyakinkan menjadi salah satu media sosial paling berpengaruh saat ini. Setidaknya hingga April 2024, aplikasi dari perusahaan teknologi ByteDance ini bertengger di posisi 5 besar media sosial paling populer dengan 1,52 miliar pengguna aktif bulanan worldwide, hanya berada di bawah Facebook dengan 3,08 miliar, YouTube 2,5 miliar, Instagram 2 miliar, dan WhatsApp 2 miliar. Namun demikian, TikTok menjadi yang terbanyak global dalam hal rata-rata penggunaan harian, mencapai 95 menit/hari.
Zhang Yiming, pendiri ByteDance merupakan penggila teknologi. Tak heran lewat kejelian dan kecermatannya mengolah ilmu pengetahuan yang digelutinya, terutama AI (Artificial Intellegence), TikTok yang didirikan pada 2017 lalu terus merangsak naik, terlebih setelah pada 2018 ByteDance mengakuisisi aplikasi video ternama asal Eropa: Musical.ly. Pergerakan TikTok begitu kentara apalagi bila dilihat dari rentang usia para user, di USA misalnya, lebih dari setengahnya berada di kisaran 18-34 tahun, hanya 14% saja yang berusia 55 tahun atau di atasnya.
Agaknya para kompetitor perlu memasang 'mata tambahan' pada aplikasi video pendek yang semakin hari semakin digemari para penggunanya ini. Bagaimana tidak, fitur-fitur TikTok tergolong menarik, variatif, up to date, dan menyasar banyak bidang, dari marketplace, afiliator, hingga musik.
Fitur yang akan jadi sasaran kali ini adalah TikTok Sound Library, katalog musik yang berasal dari pendistribusian lagu-lagu milik Artist dan Musisi melalui Music Aggregator. Serupa Instagram Music pada Instagram dan Facebook, TikTok Sound Library merupakan salah satu 'nyawa' dari platform berbasis video pendek ini. Banyak tren yang kemudian viral bersinggungan langsung dengan fitur ini, sebut saja dancing, lip-sync, meme, hingga parodi.
Dampak sosiologis yang tak kalah menggemparkan tak lain bagaimana TikTok Sound Library memperlebar sekaligus memusatkan pandangan hingga perilaku audience dengan kemampuan 'lintas-wilayah'. Masih jelas dalam ingatan, pemilihan presiden menggunakan platform ini sebagai media kampanye lewat lagu fenomenalnya Oke Gas. Meskipun demikian, tentu saja presiden yang kemudian terpilih tidak serta merta hanya sebagai akibat dari lagu.
Berbeda dengan Instagram Music, TikTok Sound Library menawarkan durasi yang lebih bervariasi dan lebih panjang, mulai dari 15 detik, 60 detik, hingga 10 menit. Fitur yang mudah digunakan dengan hanya klik 'Add Sound' pada bagian atas layar ketika user mengupload konten.
Bila bumi yang berisi percakapan mengesankan dengan pasangan, kalau memang ada, merupakan pusat tata surya, Zhang Yiming lewat ByteDance dan Tiktok barangkali setidak-tidaknya telah menyulap TikTok Sound Library sebagai pusat pandangan dan perilaku manusia di era digital.